Tampilkan postingan dengan label Larva Ikan Kerapu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Larva Ikan Kerapu. Tampilkan semua postingan

Senin, 01 Agustus 2016

Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 4: Pengelolaan Pakan

Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 4: Pengelolaan Pakan -Mulia Kerapu Surabaya

Untuk Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu kali ini, sudah sampai bagian 4. Tinggal 1 bagian lagi untuk pembahasan Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu, pada bagian ini mengenai Pengelolaan PakanLangsung saja, kita bahas ya....

Pengelolaan Pakan

Larva ikan kerapu yang baru menetas mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur. Pakan ini akan dimanfaatkan sampai hari ke 2 (D2), setelah menetas dan selama kurun waktu tersebut larva tidak memerlukan makanan dari luar. Umur 3 hari (D3), kuning telur mulai terserap habis, perlu segera diberi pakan dari luar berupa Rotifera Brachionus Plicatilis dengan kepadatan 1 – 3 ekor/ml. Disamping itu ditambahkan pula phytoplankton Chlorella sp dengan kepadatan 5 – 10 sel / ml. 

Pemberian pakan ini sampai larva berumur 16 hari (D16), dengan penambahan secara bertahap hingga mencapai kepadatan 5 – 10 ekor / ml media. Pada hari ke 9 mulai diberi pakan naupli Artemia yang baru menetas dengan kepadatan 0,25 – 0,75 ekor / ml media. Pemberian pakan naupli Artemia dilakukan sampai larva berumur 25 hari (D25), dengan peningkatan kepadatan mencapai 2 – 5 ekor / ml media. Pada hari ke 17 (D17), larva mulai diberi pakan Artemia yang berumur 1 hari, kemudian secara bertahap pakan yang diberikan diubah dari Artemia berumur 1 hari ke Artemia setengah dewasa dan akhirnya Artemia dewasa sampai larva berumur 50 hari.

a.       Rotifera
Rotifera (Brachionus sp.) adalah jasad renik yang tergolong zooplankton berukuran 50 – 250 mikron. Rotifera digunakan sebagai pakan larva kandungan gizinya yang baik, dan diperkaya akan nutrisi.
Kultur Rotifera dilakukan di bak beton berukuran 6 – 8 ton. Berikut adalah cara kultur Rotifera :
-          Bak diisi Chlorella sp. yang siap dipanen (usia minimum empat hari) sebanyak sebanyak sepertiga dari ukuran volume bak.
-          Setelah itu, bak ditebari bibit rotivera dengan kepadatan awal sekitar 30 individu/ml.
-          Setiap hari pada pagi dan sore hari diisi dengan Chlorella sp. Sampai volumenya 6 – 8 ton. Pemanenan Rotifera menggunakan metode panen harian, (setiap hari 30%). Bisa juga dipanen total dengan plankton net ukuran 60 mikron setelah usia minimum empat hari atau kepadatannya telah mencapai 100 – 150 indiviu/ml.
-          Yeastroti dapat diberikan setiap hari sebanyak 0,2 gram/ton sebagai sumber vitamin B sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan Rotifera. Bahan komersial lain yang dapat digunakan untuk mempercepat pertumbuhan Rotifera adalah protin selco.

b.      Artemia
Kultur Artemia dapat dilakukan dengan dua cara :
1.       Cara Pertama
-          Artemia direndam di dalam air laut selama 15 – 30 menit kemudian diberi aerasi selama 18 – 24 jam. Perendaman dilakukan di dalam ember yang bervolume 10 Liter.
-          Aerasi diangkat dan dibiarkan selama 10 menit. Artemia yang telah menetas berada di bawah dan cangkangnya berada di permukaan. Setelah menetas, Artemia segera dipanen dengan cara disifon.
2.       Cara Kedua
-          Mencampur Klorin (CaOCl2) cair dengan artemia yang telah direndam kemudian diaduk selama 5 – 10 menit hingga kulit luar Artemia menipis.
-          Artemia dicuci dengan air laut hingga bersih dan tidak berbau klorin

-          Setelah itu, Artemia diberi aerasi selama 18 – 24 jam dan dipanen. Biasanya, Artemia yang baru menetas akan berenang ke permukaan air, sementara kotoran (kulit cacing) berda di dasar perairan.

Sekian untuk Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 4, nantikan pembahasan untuk bagian ke 5 ya. Jika Anda ketinggalan update artikel sebelumnya Anda bisa lihat melalui link di bawah ini:


Ikuti terus artikel dalam blog ini, untuk update artikel Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 3 berikutnya. Like Fanpage, follow twitter dan halaman Google plus  kami untuk mendapatkan update artikel terbaru.

Facebook: Mulia Kerapu
Twitter: @MuliaKerapu

Kamis, 28 Juli 2016

Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 3: Griding dan Fase-fase kritis yang harus diperhatikan

Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 3: Griding dan Fase-fase kritis yang harus diperhatikan

Artikel kali ini, kami mengupdate yaitu Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 3untuk bagian 3 akan menbahas mengenai: Griding dan Fase-fase kritis yang harus diperhatikanLangsung saja, kita bahas ya.

Griding

Penyeragaman atau pemilahan ukuran benih perlu dilakukan untuk menghindari sifat kanibal dari ikan ini. Kerapu Hybrid memiliki sifat kanibal karena ikan yang lebih besar akan memangsa yang lebih kecil. Sifat ini akan menjadi lebih serius bila frekuensi pemberian dan jumlah pakan tidak mencukupi. Oleh karenanya, benih perlu selalu diseleksi ukurannya dan diberi cukup pakan.

Penyeragaman ukuran benih dapat dilakukan pada umur 35-40 hari. Memang penyeragaman ukuran ini tidak mudah karena ini sangat mudah stress bila dipindahkan secara tiba-tiba dan ditangani dengan kasar. Agar tiak beresiko kematian, pemindahannya dilakukan minimal setelah lima hari diberi pakan udang jembret, daging ikan, atau rebon.

Fase-fase kritis yang harus diperhatikan

Fase-fase kritis yang harus diperhatikan agar tingkat kematian larva bisa ditekan sekecil mungkin adalah sebagai berikut:

1)  Umur kritis I
Larva umur D3 sampai D7, persediaan kuning telur sebagai cadangan makanannya telah terserap habis. Bukaan mulut larva juga masih terlalu kecil untuk memangsa pakan seperti rottifera. Sementara itu, organ pencernaannya belum berkembang sempurna sehingga belum dapat memanfaatkan pakan yang tersedia secara maksimal.

2)  Umur Kritis II
Kematian larva terjadi pada umur D10 sampai dengan D12. Pada saat itu, spina calon sirip punggung dan sirip dada mulai tumbuh semakin panjang. Pada fase ini kebutuhan nutrisinya lebih komplit. Pakan yang diberikan masih sama dengan fase sebelumnya.

3)  Umur Kritis III
Kematian larva terjadi pada umur D21 sampai dengan D25 ketika terjadi metamorphosis, yakni pada saat spina tereduksi menjadi tulang sirip punggung dan sirip dada pada kerapu muda.

4)  Umur Kritis IV

Pada fase ini, benih berumur lebih dari 35 hari. Sifat kanibalnya sudah mulai tampak. Benih yang ukurannya lebih besar akan memangsa yang lebih kecil.

Sekian untuk Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 3, jika Anda ketinggalan update artikel sebelumnya Anda bisa lihat disini:

Ikuti terus artikel dalam blog ini, untuk update artikel Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 3 berikutnya. Like Fanpage, follow twitter dan halaman Google plus  kami untuk mendapatkan update artikel terbaru.

Facebook: Mulia Kerapu
Twitter: @MuliaKerapu
Google +: Mulia Kerapu

Senin, 25 Juli 2016

Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 2: Penebaran, Pemberian Pakan & Pengelolaan kualitas Air

Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 2: Penebaran, Pemberian Pakan & Pengelolaan kualitas Air Ikan Kerapu

Artikel untuk kali ini, kami mengupdate yaitu Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 2, untuk bagian 2 akan menbahas mengenai: Penebaran, Pemberian Pakan & Pengelolaan kualitas Air. Langsung saja, kita bahas ya.


Penebaran Larva Ikan Kerapu

Biasanya setelah medianya siap, larva sudah bisa ditebarkan dengan padat tebar 50-100 larva/l. Larva yang ditebarkan tersebut berukuran panjang 1,69-1,79 mm. Penebaran dilakukan pada saat larva baru menetas dengan cara menyeroknya menggunakan gayung plastik secara perlahan.

Setelah itu larva ditempatkan pada bak larva, penebaran larva dilakukan dengan dua cara  yaitu penebaran larva dan penebaran telur.
Cara pertama, penebaran setelah penetasan. Penebaran larva dilakukan beberapa jam setelah telur yang ditetaskan dalam wadah penetasan sudah terlihat menetas semua. Penebaran larva kedalam bak pemeliharaan larva harus segera dilakukan karena kondisi yang padat didalam wadah penetasan akan dapat menurunkan kualitas larva itu sendiri jika dibiarkan terlalu lama, disamping itu kualitas air media penetasan juga sudah menurun bersamaan dengan menetasnya telur.

Keuntungan penebaran larva antara lain media pemeliharaan larva tetap bersih, terbebas dari cangkang dan telur yang tidak menetas, serta kepadatan larva lebih pasti. Namun demikian, kelemahan dalam penebaran larva ini adalah terlambat melakukan pemindahan, maka kondisi larva akan melemah yang dapat berpengaruh dalam pemeliharaan larva selanjutnya.

Cara yang kedua dalam penebaran larva adalah penebaran telur secara langsung dalam bak pemeliharaan larva. Kelemahan dalam penebaran telur adalah seringkali air media pemeliharaan menjadi agak keruh dan berbusa. Untuk mengurangi efek negatif dari penetasan tersebut dilakukan penyiponan setelah telur menetas untuk menghilangkan cangkang dan telur yang tidak menetas, dan membuang busa yang ada di permukaan air media.

Pemberian Pakan

Larva yang berumur sehari, saluran pencernaannya sudah mulai tampak, mulut dan anus belum membuka,serta calon mata sudah terbentuk berwarna transparan. Larva ini masih memiliki cadangan mekanan berupa kuning telur. Namun, sebaiknya dalam bak sudah diberi fitoplankton berupa Chlorella sp, Tetraselmis sp, atau Dunaliella sp dengan kepadatan 1 - 5 x 105 sel/ml air media. Tujuan pemberian fitoplankton tersebut untuk menjaga keseimbangan kualitas air dan pakan zooplankton dalam bak pemeliharaan.

Untuk 2 hari, larva mulai bergerak mengikuti arus, tetapi system penglihatannya belum berfungsi. Pada saat ini pun larva belum diberi pakan karena mempunyai kuning telur (yolk sac) sebagai makanannya. Selain itu, mulutnya belum membuka.

Setelah berumur lebih dari 15 hari, pemberian pakan rotifera semakin dikurangi menjadi 3 - 5 ekor/ml/hari. Hal ini dilakukan hingga larva berumur 25 - 30 hari.

Pengelolaan kualitas Air

Kualitas air perlu diperhatikan dan dikontrol untuk menunjang keberhasilan pemeliharaan larva. Bila bak pemeliharaan larva menggunakan bak penetasan telur, penyiponan harus sudah dilakukan sehari setelah telur menetas. Namun, penyifonan ini sebenarnya bukan untuk mengganti air, melainkan untuk membuang cangkang telur dan telur yang tidak menetas.

Penyiponan merupakan tindakan penyedotan air yang menggunakan selang. Jumlah air yang disipon tergantung umur ikan. Perlakuan penyifonan ini dilakukan dengan hati-hati agar kotoran tidak menyebabkan ikan menjadi stress.


Perggantian air dengan penyiponan mulai dilakukan setelah larva berumur 10-20 hari sebanyak 10-20% per hari. Umur 21-30 hari, air yang diganti sebanyak 30-40% per hari, umur 31-35 diganti sebanyak 50-80% per hari, dan lebih dari umur 35 hari airnya diganti sebanyak 80% per hari.

Sekian untuk Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 2, jika Anda ketinggalan update artikel sebelumnya Anda bisa lihat disini Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 1 ikuti terus artikel dalam blog ini, untuk update artikel Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 3 berikutnya. Like Fanpage, follow twitter dan halaman Google plus  kami untuk mendapatkan update artikel terbaru.

Facebook: Mulia Kerapu
Twitter: @MuliaKerapu
Google +: Mulia Kerapu

Kamis, 21 Juli 2016

Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 1: Persiapan Bak, Penetasan Telur & Pemeliharaan dalam Bak - Mulia Kerapu

Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 1: Persiapan Bak, Penetasan Telur & Pemeliharaan dalam Bak

Budidaya Ikan Kerapu - Untuk artikel kali ini, kami akan mengupdate mengenai Kegiatan Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu secara teknis. Nah, mengenai artikel ini jika dijadikan satu artikel akan sangat panjang, maka kami membuatnya menjadi 5 bagian. Untuk bagian ke 1 mengenai: Persiapan Bak, Penetasan Telur & Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu. 

Persiapan Bak

Larva kerapu dapat dipelihara dalam bak yang terbuat dari berbagai bahan dan ukuran namun dengan demikian harus memenuhi beberapa persyaratan yang diperlukan secara teknis dan kemudahan operasional. Beberapa persyaratan bak larva adalah terbuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan air laut atau bahan kimia, pori-pori bak terutama bagian dalam harus halus sehingga mudah pada saat pembersihan, tahan lama serta harga ekonomis. Bak pemeliharaan larva sebelum diguanakan harus dicuci bersih dan disterilkan antara lain dengan menggunakan kaporit. 

Setelah itu dilakukan pemasangan aerasi dengan jumlah batu aerasi berkisar antara 2 – 4 buah/m2. Air media pemeliharaan yang digunakan adalah air laut yang telah melalui penyaringan dan disterilkan. Untuk mensterilkan air laut dapat digunakan kaporit 15 – 20 ppm atau Pkndengan EDTA. Air laut yanh telah siap, diisikan kedalam bak larva yang telah disiapkan. Pengisian bak hanya sekitar setengah sampai tiga perempat dari volume bak, karena akan ditambahkan fitoplangton kedalam media pemeliharaan tersebut.

Penetasan Telur

Berdasarkan pengamatan mikroskopis, telur kerapu berbentuk bulat tanpa kerutan, cendrung bergerombol pada kondisi tanpa aerasi, dan kuning telur tersebar merata. Perkembangan emrio telur sejak pembuahan sampai penetasan membutuhkan waktu sekitar 19 jam. Pembelahan sel pertama kali terjadi sekitar 40 menit setelah pembuahan dan pembelahan sel berikutnya berlangsung setiap 15 – 30 menit hingga mencpai tahap mutisel selama 2 jam 25 menit sejak penetasan. Setelah tahap mutisel, tahap berikutnya adalah fase blastula, grastula, nurela, dan emrio.

Gerakan pertama embrio terjadi kira – kira 16 jam setelah pembuahan. Selanjutnya tiga jam setelah gerakan pertama embrio, telur menetas menjadi larva. Penetasan telur terjadi larva ini pada suhu 20-290C.

Penetasan dapat dilakukan dengan 2 cara:

Pertama, telur ditetaskan dalam wadah penetasan dengan kepadatan sekitar 1500 butir/liter, kemudian larvanya dipindahkan dalam bak pemeliharaan larva.

Kedua, telur langsung ditetaskan didalam bak pemeliharaan larva. Cara yang baik digunakan adalah cara pertama, hal ini didasarkan pada keberhasilan dan sterilitas bak dan media pemeliharaan larva. Sebelum ditetaskan telur disterilkan terlebih dahulu dengan menggunakan lodine 2 ppm selama 5 menit.


Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu dalam Bak  

Larva dipelihara dalam bak pemeliharaan larva. Sebelum digunakan bak harus dibersihkan, dikeringkan,dan dibilas, lalu diisi air laut yang sudah disaring dengan salinitas 30-33 ppt dan suhu 27-290 C. Jumlah air laut yang digunakan sekitar setengah volume bak.


Sebelum larva kerapu hybrid ditebarkan, air laut tersebut perlu direndam dengan kaporit dan diberi aerasi sekitar dua hari. Tujuannya ialah agar air terbebas dari bakteri dan hama yang dapat mengganggu pertumbuhan larva. Dosis kaporit sekitar 30-50 ppm. Sebelum digunakan, air media ini harus dibiarkan dahulu selama tiga hari agar kaporitnya hilang sehingga aman untuk larva.

Sekian untuk Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 1, ikuti terus artikel dalam blog ini, untuk update artikel Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 2 berikutnya. Like FP, follow twitter dan halaman Google plus  kami untuk mendapatkan update artikel terbaru.

Facebook: Mulia Kerapu
Twitter: @MuliaKerapu
Google +: Mulia Kerapu