Tampilkan postingan dengan label Kerapu Hibrid. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kerapu Hibrid. Tampilkan semua postingan

Kamis, 04 Agustus 2016

Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 5: Penyakit dan Penanggulangan

Budidaya Ikan Kerapu - Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 5: Penyakit dan Penanggulangan

Budidaya Ikan KerapuPemeliharaan Larva Ikan Kerapu tak terasa sudah sampai bagian 5, yaitu bagian terakhir dari pembahasan pemeliharaan larva. Untuk Anda yang belum membaca bagian 1 - 4 bisa lihat di artikel sebelumnya. Untuk bagian ke 5 ini, membahas Penyakit dan Penanggulangan pada benih ikan kerapu. Langsung saja kita bahas ya...

Secara umum penanganan penyakit meliputi tindakan diagnosa, pencegahan dan pengobatan. Diagnosa yang tepat diperlukan dalam setiap rencana pengendalian penyakit, termasuk pengetahuan mengenai daur hidup dan ekologi organisme penyebab penyakit. Diagnosa yang tepat akan menghasilkan kesimpulan yang tepat dan tindakan penanggulangan yang lebih terarah.

Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang kerapu sebagai berikut:

1)     Penyakit akibat parasit
a.      Parasit Crustacea (Nerocilla sp., Lepeophtheirus, dan Caligus)
Proses terjadinya serangan parasit diawali oleh menetasnya telur Nerocilla sp. Yang kemudian berkembang di dalam kantung perut ikan bagian bawah. Selanjutnya, telur tersebut keluar, menetas, dan berenang kemudian masuk ke ikan lain. Parasit ini biasanya menempel di bagian dalam mulut ikan. Ciri-ciri ikan yang terserang parasit ini antara lain terjadinya kerusakan pada insang hingga berwarna coklat, nafsu makan ikan turun drastis, dan ikan cenderung mendekati saluran air masuk. Parasit ini terutama menyerang kerapu lewat mulut dan kulit. Akibat serangan parasit ini adalah terjadinya kerusakan pada insang hingga berwarna pucat dan terjadi kerusakan pada sisik kerapu (terkelupas).

Upaya pengendalian parasit-parasit tersebut dengan cara:

  • Menghilangkan parasit secara mekanis menggunakan pinset.
  • Merendam ikan kerapu ke dalam larutan formalin 20 ppm selama satu jam.
  • Merendam ikan kerapu ke dalam air tawar selama 5-15 menit.

b.      Parasit Flatworm (Platyhelmynthes)
Jenis cacing Platyhelminthes yang sering menyerang karapu adalah Diplectenum sp. Parasit ini menyerang kerapu di bagian insang dan organ dalam, seperti usus dan gonade (telur dalam kantung telur). Gejala yang tampak jiak kerapu terserang parasit antara lain penurunan nafsu makan, warna tubuh pucat, produksi lendir berlebihan, menggosok-gosokkan tubuhnya ke dinding, selalu berenang ke permukaan air, dan tampak megap-megap dengan tutp insang terbuka.

Parasit ini bisa dikendalikan dengan langkah-langkah sebagai berikut.


  • Merendam ikan ke dalam larutan formalin 100-150 ppm selama 15-30 menit dan diulangi selama tiga hari berturut-turut.
  • Merendam ikan ke dalam larutan formalin 25 ppm+ Malachite Green 0,15 ppm selama dua jam.
  • Jika sudah terluka, ikan direndam ke dalam larutan Acriflavin 10 ppm selama 1 jam.
  • Merendam ikan ke dalam air tawar selama 10-20 menit.

c.      Skin Monogenoc Trematodes
Skin Monogenic trematodes sering disebut juga dengan skin flukes. Spesies yang termasuk skin monogenic trematodes adalah Benedia sp. Parasit ini menyerang kulit ikan hingga mengakibatkan borokatau necrotic. Dengan demikian, memudahkan penyakit sekunder bakteri dan jamur menyerang ikan. Apabila menyerang mata ikan, warna mata menjadi putih keruh dapat menyebabkan kebutaan. Pencegahan terhadap serangan parasit ini adalah dengan merendam ikan ke dalam air tawar selama 15 menit.

2). Penyakit akibat Protozoa
Ada dua macam penyakit yang disebabkan oleh protozoa Cryptocaryon irritans dan Brooklynella sp. Gejala ikan yang terserang penyakit ini adalah kelesuan, mata buram lepas, perdarahan pada kulit (haemorage), peningkatan produksi lendir, dan pembusukan pada sirip.
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan jika kerapu terserang penyakit ini sebagai berikut.
  • Merendam iken ke dalam larutan formalin 100 ppm selama satu jam.
  • Merandam ikan ken dalam larutan formalin 50 ppm+Acriflavin 10 ppm selama satu jam.
  • Merendam ikan dalam larutan formalin 25 ppm+malachite Green 0,15 ppm.
  • Merendam ikan dalam larutan Malachite Green 0,5 ppm selama 30 menit.
  • Jika gejala masih ringan, ikan direndam ke dalam air tawar selama 10-15 menit.

3. Penyakit akibat jamur (fungi)
Ada dua macam penyakit kerapu yang disebabkan oleh jamur, yakni Saprolegniasis yang disebabkan oleh jamur Saprolegnia sp. Serangan Saprolegniasis ditandai oleh perubahan warna kulit menjadi putih keabu-abuan dan tanda serangan Ichtyosporidosis berupa luka berlubang di bagian kepala. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan merendam ikan ke dalam lerutan Methylene Blue 0,1 ppm selama 15-45 dan diulangi selama tiga hari berturut-turut.

4.Penyakit akibat bakteri
Bakteri yang menyerang kerapu sering menyebabkan kerusakan pada sirip sehingga sering juga disebut dengan bacterial fin rot disease. Bakteri ini upaya pengendalian yang bias dilakukan jika kerapu terserang penyakit ini.

  • Merendam ikan ke dalam larutan Nitrofurazone 15 ppm selama 4 jam.
  • Merendam ikan ke dalam Sulphonamide 50n ppm selama 4 jam.
  • Merendam ikan ke dalam Acrillavin 100 ppm selama 1 menit.
  • Jika gejala masih ringan, dapat dilakukan perendaman ke dalam air tawar selama 5-10 menit.

5)  Penyakit akibat virus
Penyakit virus yang menyerang kerapu adalah Viral Necrotic Nerveus (VNN) yang disebabkan oleh virus nodavirus. Larva yang terserang mula-mula tenggelam di dasar bak kemudian akan mengapung di permukaan air dengan kondisi perut menggembung.
Jenis virus lain yang menyerang kerapu adalah Irido virus. Tingkah laku kerapu yang terserang virus ini biasanya tampak lemah dan berdiam di dasar bak sehingga dikenal juga sebagai penyakit sleepy grouper disease. Gejala ikan yang terinfeksi virus ini adalah mengalami anemia atau terjadi pembesaran pada organ limpa.

6)  Penyakit-penyakit Lainnya
Penyakit lain yang menyerang kerapu adalah swim blader syndrome dan pop-eye (mata bengkak). Gejala penyakit swim blader syndrome biasanya berupa ikan tidak bisa berenang secara normal (posisi berenang terbalik) dan perutnya kembung. Upaya penyembuhan swim blader syndrome dengan cara mengeluarkan udara dari dlam perut ikan dengan menggunakan jarum di suntik. Caranya dengan memasukkan jarum suntik ke dalam perut lewat daerah didekat anus. Sambil menyuntik, lakukan pengurutan perut secara perlahan-lahan sampai gelembung udaranya keluar dan perut ikan kempes. Luka bekas jarum suntik segera diolesi obat merah atau bahan antiseptic lainnya.


Demikian untuk update artikel Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu yang terakhir, nantikan pembahasan budidaya ikan kerapu selanjutnya. Jika Anda ketinggalan update artikel sebelumnya Anda bisa lihat melalui link di bawah ini:

Ikuti terus artikel dalam blog ini, untuk update artikel mengenai budidaya dan peluang bisnis ikan kerapu berikutnya. Like Fanpage, follow twitter dan halaman Google plus  kami untuk mendapatkan update artikel terbaru.


Facebook: Mulia Kerapu

Twitter: @MuliaKerapu

Senin, 01 Agustus 2016

Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 4: Pengelolaan Pakan

Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 4: Pengelolaan Pakan -Mulia Kerapu Surabaya

Untuk Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu kali ini, sudah sampai bagian 4. Tinggal 1 bagian lagi untuk pembahasan Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu, pada bagian ini mengenai Pengelolaan PakanLangsung saja, kita bahas ya....

Pengelolaan Pakan

Larva ikan kerapu yang baru menetas mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur. Pakan ini akan dimanfaatkan sampai hari ke 2 (D2), setelah menetas dan selama kurun waktu tersebut larva tidak memerlukan makanan dari luar. Umur 3 hari (D3), kuning telur mulai terserap habis, perlu segera diberi pakan dari luar berupa Rotifera Brachionus Plicatilis dengan kepadatan 1 – 3 ekor/ml. Disamping itu ditambahkan pula phytoplankton Chlorella sp dengan kepadatan 5 – 10 sel / ml. 

Pemberian pakan ini sampai larva berumur 16 hari (D16), dengan penambahan secara bertahap hingga mencapai kepadatan 5 – 10 ekor / ml media. Pada hari ke 9 mulai diberi pakan naupli Artemia yang baru menetas dengan kepadatan 0,25 – 0,75 ekor / ml media. Pemberian pakan naupli Artemia dilakukan sampai larva berumur 25 hari (D25), dengan peningkatan kepadatan mencapai 2 – 5 ekor / ml media. Pada hari ke 17 (D17), larva mulai diberi pakan Artemia yang berumur 1 hari, kemudian secara bertahap pakan yang diberikan diubah dari Artemia berumur 1 hari ke Artemia setengah dewasa dan akhirnya Artemia dewasa sampai larva berumur 50 hari.

a.       Rotifera
Rotifera (Brachionus sp.) adalah jasad renik yang tergolong zooplankton berukuran 50 – 250 mikron. Rotifera digunakan sebagai pakan larva kandungan gizinya yang baik, dan diperkaya akan nutrisi.
Kultur Rotifera dilakukan di bak beton berukuran 6 – 8 ton. Berikut adalah cara kultur Rotifera :
-          Bak diisi Chlorella sp. yang siap dipanen (usia minimum empat hari) sebanyak sebanyak sepertiga dari ukuran volume bak.
-          Setelah itu, bak ditebari bibit rotivera dengan kepadatan awal sekitar 30 individu/ml.
-          Setiap hari pada pagi dan sore hari diisi dengan Chlorella sp. Sampai volumenya 6 – 8 ton. Pemanenan Rotifera menggunakan metode panen harian, (setiap hari 30%). Bisa juga dipanen total dengan plankton net ukuran 60 mikron setelah usia minimum empat hari atau kepadatannya telah mencapai 100 – 150 indiviu/ml.
-          Yeastroti dapat diberikan setiap hari sebanyak 0,2 gram/ton sebagai sumber vitamin B sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan Rotifera. Bahan komersial lain yang dapat digunakan untuk mempercepat pertumbuhan Rotifera adalah protin selco.

b.      Artemia
Kultur Artemia dapat dilakukan dengan dua cara :
1.       Cara Pertama
-          Artemia direndam di dalam air laut selama 15 – 30 menit kemudian diberi aerasi selama 18 – 24 jam. Perendaman dilakukan di dalam ember yang bervolume 10 Liter.
-          Aerasi diangkat dan dibiarkan selama 10 menit. Artemia yang telah menetas berada di bawah dan cangkangnya berada di permukaan. Setelah menetas, Artemia segera dipanen dengan cara disifon.
2.       Cara Kedua
-          Mencampur Klorin (CaOCl2) cair dengan artemia yang telah direndam kemudian diaduk selama 5 – 10 menit hingga kulit luar Artemia menipis.
-          Artemia dicuci dengan air laut hingga bersih dan tidak berbau klorin

-          Setelah itu, Artemia diberi aerasi selama 18 – 24 jam dan dipanen. Biasanya, Artemia yang baru menetas akan berenang ke permukaan air, sementara kotoran (kulit cacing) berda di dasar perairan.

Sekian untuk Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 4, nantikan pembahasan untuk bagian ke 5 ya. Jika Anda ketinggalan update artikel sebelumnya Anda bisa lihat melalui link di bawah ini:


Ikuti terus artikel dalam blog ini, untuk update artikel Pemeliharaan Larva Ikan Kerapu Bagian 3 berikutnya. Like Fanpage, follow twitter dan halaman Google plus  kami untuk mendapatkan update artikel terbaru.

Facebook: Mulia Kerapu
Twitter: @MuliaKerapu

Senin, 04 Juli 2016

Kerapu Cantang: Kerapu Hibrid Unggul Hasil Persilangan Kerapu Macan & Kertang



Budidaya Ikan KerapuSiapa pecinta kuliner yang tak mengenal ikan yang terkenal lezat ini nan tinggi harganya. Ya, Ikan kerapu. Ikan kerapu merupakan ikan yang terkenal akan kelezatannya yang rasanya lembut, tinggi akan kandungan gizi sehingga menjadikan ikan ini banyak diminati baik konsumen maupun pembudidaya.

Saat ini ikan kerapu merupakan ikan budidaya yang sedang dikembangkan dan digalakkan sebagai komoditas budidaya laut unggulan untuk diekspor dengan nilai yang cukup tinggi dan untuk sekaligus untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam dan luar negeri.

Permasalahan umum  yang terjadi dalam budidaya ikan adalah bagaimana mendapatkan benih ikan unggul yang tumbuh cepat, FCR rendah, tahan terhadap berbagai kondisi lingkungan dan penyakit. 

Sebab itulah, sejak tahun 2010 BPBAP Situbondo berupaya memenuhi tuntutan tersebut dengan melakukan hibridisasi dan berhasil membuat spesies baru hasil hybrida antara betina kerapu Macan dan kerapu kertang jantan yang kemudian  didapatkanlah nama baru yaitu KERAPU CANTANG.

Hibridisasi 

Hibridisasi adalah salah satu metode pemuliaan dalam upaya mendapatkan strain baru yang mewarisi sifat-sifat genetik dan morfologis dari kedua tetuanya dan untuk meningkatkan heterozigositas.  Semakin tinggi heterozigositas suatu populasi, semakin baik sifat-sifat yang dimilikinya. Hibridisasi pada ikan relatif mudah dan dapat menghasilkan kombinasi taksonomi yang bermacam-macam dan luas (Tave, 1988).

Dengan metode hibridisasi ini diharapkan dapat menghasilkan benih yang unggul pada sifat-sifat genetik dan morfologis.  Rekayasa hibridisasi  ikan kerapu di BBAP Situbondo dilaksanakan berdasarkan SK Dirjen No. 6375/DPB.1/PB.110.D1/XII/03, tanggal 23 Desember 2003, tentang Penetapan Pusat Pengembangan Induk dan Bibit Ikan (Udang, Nila, Rumput Laut dan Kerapu),  sedangkan BBAP Situbondo dalam hal ini sebagai anggota Jaringan Pemuliaan Ikan Kerapu.  Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan benih ikan kerapu varietas baru berupa ikan hibrida yang unggul.

Perekayasaan hibridisasi ikan kerapu antara ikan kerapu macan betina dan kerapu kertang jantan telah menghasilkan satu varietas baru yang secara morfologis  mirip dengan kedua spesies induknya, sedangkan partumbuhannya lebih baik daripada ikan kerapu macan dan kerapu kertang itu sendiri. 

Dengan lahirnya benih jenis baru ini terbukti dapat membantu produksi benih dan ikan konsumsi secara Nasional untuk mendukung pencapaian target produksi perikanan budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Benih kerapu hibrida menunjukkan kinerja lebih unggul jika dibandingkan dengan kedua induknya baik dari segi kecepatan pertumbuhan maupun survival rate yang dihasilkan mulai dari produksi benih.

Bagaimana Kronologi Keberhasilan Pembenihan?

Pada awal tahun 2009 timbul pemikiran kenapa budidaya ikan laut tidak melakukan hal yang sama dalam mengembangkan benih ikan seperti ikan air tawar yang sudah berkembang yaitu salah satunya hibridisasi. Literatur menunjukkan bahwa hibridisasi ikan laut memang masih jarang dilakukan.  Hal ini mungkin karena keberadaan ikan laut banyak tersedia dan tinggal menangkap dari alam. Akhirnya bersama team induk melakukan uji coba hibridisasi dengan teknik pembuahan buatan.

Meskipun awalnya mengalami kendala karena ukuran induknya besar, akhirnya berhasil dilakukan dengan terjadinya pembuahan. Keberhasilan ini mendorong semangat untuk terus melakukan perbaikan tekniknya dan banyak belajar serta berkonsultasi dengan balai air tawar yang akhirnya kunci rahasianya ditemukan.  Kegiatan ini terus dikembangkan sampai akhirnya dapat menghasilkan benih hibrid dalam jumlah banyak hingga ukuran besar.

Setelah berhasil dilakukan hibridisasi selanjutnya kepala Balai Situbondo membentuk tim dengan tugas melakukan persiapan release dengan mempersiapkan data dan dokumen.  Setelah melalui ujian akhirnya berhasil lulus yang selanjutnya secara resmi ditetapkan dengan keputusan menteri Kelautan dan Perikanan dengan surat nomor KEP.38/MEN/2012 pada tangga 6 September 2012, bahwa kerapu Jenis Cantang ini resmi direlease.

Keunggulan Kerapu Hybrid Cantang (Kerapu Macan & Kertang)

No.
Keunggulan
Keterangan
1.
Pertumbuhan  cepat
-   Pertumbuhan benih dari 1 inch – 3 inchi mencapai 100 gram dalam waktu 20 hari.
-   Pertumbuhan ikan pembesaran dari 100 gram – 1000 gram selama 5 bulan.
-   Pertumbuhan berat 2 – 3 kg selama 1 tahun
2.
Ketahanan terhadap penyakit  lebih baik
Cenderung lebih tahan terhadap serangan penyakit dibanding ikan kerapu macan dan kertang

3.
Lebih toleransi terhadap lingkungan yang kurang layak dan ruang yang sempit.

Dapat bertahan hidup di air payau sampai laut, pertumbuhan yang optimum pada salinitas  15 – 33 ppt, dengan kepadatan tinggi.

Keunggulan utama kerapu Cantang ini adalah kecepatan tumbuhnya 2 x lipat dari ikan kerapu macan yang biasa dibudidayakan masyarakat.  Bila kerapu macan dibesarkan baik di tambak maupun di karamba jaring apung untuk mencapai ukuran konsumsi 500 gram membutuhkan waktu 9 – 10 bulan dengan konversi pakan 1 : 7 ( artinya untuk menghasilkan 1 kg ikan diperlukan pakan 7 kg ), maka kerapu cantang ini hanya membutuhkan waktu 4 - 5 bulan dengan konversi pakan 1 : 6.

Setelah jenis ini dikenal masyarakat dan terbukti pertumbuhannya cepat serta konsumen bisa menerima, maka dengan cepat pula permintaan benih cantang ini melonjak tajam.  Akibatnya permintaan tidak bisa terpenuhi semuanya, sehingga di Situbondo makin tumbuh para pembenih ikan/hatchery.  Selain membangun baru, banyak para pembenih udang/HSRT mengalihkan kegiatannya menjadi pembenih ikan yang memang keuntungannya lebih baik dan menjanjikan. Sampai saat ini jumlah hatchery skala rumah tangga di Situbondo terus bertambah dan berkembang serta masyarakat banyak memperoleh lapangan kerja baru, baik sebagai pegawai hatchery maupun lapangan kerja lainnya yang berkaitan, sebagai multiple efek keberhasilan pembenihan ikan.


Di tingkat pembudidaya/pembesaran baik di tambak maupun di Karamba Jaring Apung di laut (KJA) juga semakin berkembang.  Para pembudidaya yang semula menebar benih kerapu macan dan kerapu lumpur menjadi beralih membudidayakan kerapu Cantang ini karena periode pemeliharaannya lebih singkat, FCR lebih rendah sehingga sudah pasti keuntungannya bisa lebih cepat diperoleh dan tentu lebih banyak.  Dalam satu tahun yang semula menanam satu kali, dengan membudidayakan Cantang ini bisa dilakukan 2 kali.

Data sumber artikel:

Dari keunggulan - keunggulan ikan kerapu cantang tersebut, dan tingginya permintaan ikan kerapu untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan luar negeri. Membuat keterbatasan benih kerapu. Dengan adanya peluang tersebut, bisnis pembenihan ralatif aman dari tingginya resiko jika membudidayakan kerapu hingga besar baca: Peluang Usaha Budidaya (Pembibitan) Ikan Kerapu Setalah Anda membaca peluang usaha tersebut, untuk lihat harga paketnya Anda bisa klik di Paket Kemitraan